Selasa, 12 Januari 2010

supervisi pendidikan membantu guru dalam manajemen kelas

MEMBANTU GURU
DALAM MANAJEMEN KELAS

Diajukan dalam diskusi kelas dalam mata kuliah
Supervisi Pendidikan yang dibina oleh :
Bapak Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd dan
Dr. Hj. Titiek Rohanah Hidayati, M.Pd













Oleh :

MUHASIB
NIM : 084 099 007




PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
OKTOBER 2009


A.PENGANTAR
Setelah ditelaah pada chapter VI yaitu ada kaitannya dengan keaktifan guru mengajar dengan siswa belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang datang dari dalam diri, maupun yang datang dari luar diri. Faktor yang datang dari dalam diri sendiri ada yang berkaitan dengan kecakapan, ada yang bukan kecakapan, seperti minat dan dorongan belajar. Minat dan dorongan untuk belajar dapat ditimbulkan melalui upaya dan situasi yang diciptakan oleh guru. Upaya membantu guru dalam manajemen kelas yang diciptakan oleh guru disamping dapat mempengaruhi minat dan dorongan belajar, juga mempengaruhi keaktifan belajar.
B.PEMBAHASAN
Meningkatkan keaktifan siswa belajar melalui upaya membantu guru dalam manajemen kelas yang diciptakan guru dapat dilakukan melalui :
a.Penataan Ruang Kelas
Menciptakan pembelajaran aktif meliputi beberapa faktor yang saling berkaitan antara lain dengan penciptaan lingkungan belajar, yaitu suasana kelas, baik pengelolaan maupun penataan kelas, sehingga merangsang aktivitas belajar. Rangsangan aktivitas belajar yang diberikan guru dalam proses pembelajaran merupakan upaya menuntun arah belajar siswa aktifyang menuju sasaran yang hendak dicapai, yaitu tujuan. Pengarahan ini erat kaitannya dengan manajemen kelas, yaitu memadukan semua upaya sehingga terjadi keserasian dalam seluruh kegiatan dan mempermudah pencapaian tujuan.
Lemlech (1979:5) mempersamakan manajemen kelas dengan upaya seorang dirigen dalam mengelola suatu pertunjukan orkestra. Manajemen kelas diartikan sebagai suatu mengorkrestasi suatu kegiatan dikelas. Upaya yang dilakukan meliputi perencanaan kurikulum (rencana belajar), mengorganisasi prosedur dan sumber belajar, menata lingkungan untuk memaksimumkan keefesienan kegiatan belajar, memonitor kemajuan belajar siswa, dan meramalkan kesulitan yang mungkin dihadapi dalam belajar.
Selain manajemen kelas perlu pula penataan ruangan kelas yang mempunyai kaitan dengan kepentingan memperlancar interaksi dan komonikasi yang aktif antara guru dengan siswa. Penataan ruangan kelas sepatutnya disesuaikan dengan metode pembelajaran yang dilaksanakan, apakah secara perorangan, keloimpok atau klasikal. Penataan ruangan kelas pada umumnya disesuaikan dengan kepentingan pembelajaran klasikal melalui proses penyampaina materi pembelajaran dengan cara imposisi. Dengan demikian kemudahan komonikasi hanya berlaku pada komonikaasi satu arah atau dua arah.
b.Penerapan Prinsip Belajar Sambil Berbuat
Berbuat berarti juga mengalami. Siswa melakukan proses belajar yang sebenarnya jika dia mengalami sendiri melakukan apa yang dipelajari, tidak hanya mendengar atau melihat. Dengan mengalami, proses memperoleh hasil belajar yang bersifat kompleks dan dapat mudah dicapai. Prinsip belajar sambil berbuat atau belajar sambil mengalami bukan semata – mata berkaitan dengan bentuk belajar ketrampilan, tetapi juga berkaitan dengan bentuk belajar yang lain, yaitu belajar verbal, belajar konsep dan belajar pemecahan masalah, meskipun bentuk perbuatannya disesuaikan dengan bentuk belajar yang dilakukan.
Bukan hanya siswa, gurupun ketika mengajar hendaknya sambil berbuat dan memberikan keteladanan. Mengajar dengan perbuatan yang dilakukan tubuh lebih mengena dari perkataan. Ada ungkapan perbuatan berbicara lebih tepat dari pada perkataan, belajar berjalan dengan berjalan, belajar berenang dengan beenang, belajar memanah dengan memanah. Artinya belajar lebih baik dari pada dipraktekan dalam bentuk perbuatan kata – kata.
Beberapa perilaku guru ketika mengajar yang perlu diperhatikan agar menjadi teladan bagi siswa antara lain :
1.Tidak membersihkan hidung, telinga, mulut atau kuku didepan umum (siswa).
2.Tidak menguap, batuk, atau bersin dimuka orang lain, tetapi hendaknya memalingkan muka terlebih dahulu, atau menutup hidung dan mulut dengan tangan atau sapu tangan.
3.Tidak menggeliakkan tubuh seenaknya didepan siswa.
c.Kedisiplinan Guru
Kedisiplinan merupakan salah satu upaya dan perbuatan untuk meningkatkan kinerja guru, karma dengan disiplin kegiatan akan teratur dan terarah sehingga tujuan kerja yang diharapkan dapat dicapai dengan baik (Rusyan, 2008: 33). Dengan demikian dengan kedisiplinan seorang guru memiliki tuntutan yang sangat penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja mengajar guru dikelas. Adapun kedisiplinan kinerja guru meliputi nilai dan sikap yang diterapkan dalam kehidupan sehari – hari di antaranya lain :
a)Menerima dan melaksanakan pancasila dan UUD 1945
b)Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dinutnya, serta menghormati ajaran agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dianut orang lain.
c)Mencintai sesame manusia dan mencintai lingkungannya.
d)Memiliki sifat demokratis dan tenggang rasa serta bertanggung jawab.
e)Dapat menghargai kebudayaan dan tradisi nasional termasuk bahasa Indonesia
f)Percaya pada diri sendiri dan bersikap makarya
d.Model – Model Disiplin
Imron (1995) menyatakan bahwa disiplin kinerja mengajar guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki guru dalam bekerja disekolah, tanpa ada pelanggaran – pelanggaran yang merugikan baik langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Oleh karenanya, terdapat tiga model yang harus dikembangkan diantaranya :
1)Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian yaitu mentaati segala peraturan yang diberikan sekolah tanpa menyumbangkan banyak pikiran.
2)Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive yaitu segala peraturan didalam kelas dan sekolah yang dilonggarkan dan tidak perlu mengikat pada guru.
3)Disiplin yang dibangun berdasarkan kebebasan yang terkendali yaitu memberikan kebebasan kepada guru untuk berbuat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Penerapan model disiplin diatas, diikuti dengan teknik – teknik alternatif pembinaan disiplin guru yaitu :
a)Pembinaan dengan teknik external control yaitu pembinaan yang dikendalikan dari luar.
b)Pembinaan dengan internal control yaitu guru disadarkan akan pentingnya disiplin yang timbul dari dalam dirinya sendiri.
c)Pembinaan dengan teknik cooperatitive control yaitu adanya kerja sama antara guru dengan orang yang membina dalam menegakkan disiplin.
e.Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru kecendrungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakui sebagai guru.
Sehubungan itu, beberapa hal dibawah ini perlu mendapat perhatian para guru.
1)Sikap dasar
2)Bicara dan gaya bicara
3)Kebiasaan bekerja
4)Sikap melalui pengalaman dan kesalahan
5)Pakaian
6)Hubungan kemanusiaan
7)Proses berfikir
8)Perilaku neorotis
9)Selera
10)Keputusan
11)Kesehatan
12)Gaya hidup secara umum
f.Peran Guru Dalam Mendisiplinan Peserta Didik
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu guru harus membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus senantiasa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam – jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin. Untuk kepentingan tersebut dalam rangka mendisiplinkan pserta didik, guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh atau teladan, pengawas dan perilaku peserta didik.
Sebagai pembimbing, guru harus berupaya untuk membimbing dan mengarahkan perilaku peserta didik kearah yang positif, dan menunjang pembelajaran, sebagai contoh dan teladan, guru harus memperlihatkan perilaku disiplin yang baik kepada peserta didik, karna bagaimana peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukkan sikap disiplin. Sebagai pengawas, guru senantiasa mengawasi seluruh perilaku peserta didik, terutama pada jam – jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin, dapat segera diatasi. Sebagai pengendali, guru harus mampu mengendalikan perilaku peserta didik disekolah. Dalam hal ini guru harus mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secara tepat waktu dan tepat sasaran. Baik memberikan hadiah maupun hukuman terhadap peserta didik.




DAFTAR PUSTAKA
Sumiati, Dra, Azra, M.Pd, 2008, Metode Pembelajaran, Bandung, CV. Wacana Prima.

Rusyan, Tabrani, A, 2008, Etos Kerja Dalam Meningkatkan Produktivitas Kinerja Guru, Jakarta Timur, PT. Intermedia Cipta Nusantara.

Mulyasa, E, Dr, M.Pd, Menjadi Guru Profeional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar